Idayanti, Esther (2019) IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKS DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI INDONESIA. Doctoral thesis, Sekolah Tinggi Teologi Internasional Harvest.

[img] Text
Cover, Pengesahan, Abstrak, Daftar Isi_Esther Idayanti.pdf - Submitted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (978kB)
[img] Text
Bab I_Esther Idayanti.pdf - Submitted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (510kB)
[img] Text
Bab II_Esther Idayanti.pdf - Submitted Version
Restricted to Registered users only
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (1MB) | Request a copy
[img] Text
Bab III_Esther Idayanti.pdf - Submitted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (484kB)
[img] Text
Bab IV_Esther Idayanti.pdf - Submitted Version
Restricted to Registered users only
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (3MB) | Request a copy
[img] Text
Bab V_Esther Idayanti.pdf - Submitted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (747kB)

Abstract

Pemerintah menjamin pelayanan kesehatan reproduksi melalui UU No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi yang menjamin pelayanan kesehatan reproduksi yang tidak semata hanya bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi, tetapi juga keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh. Pelayanan ini tersedia bagi seluruh masyarakat, termasuk para remaja. Sementara itu, bagi para siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN), pemerintah berupaya memberikan pendidikan mengenai seksualitas melalui pendidikan kesehatan reproduksi dalam pelajaran biologi di sekolah. Menurut Direktur Pendididikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hamid Muhammad, “Bila sekolah telah mengajarkan materi pendidikan kesehatan reproduksi sesuai dengan aturan maka para pelajar bisa memahami soal seksualitas.” Sehingga pendidikan seks tidak perlu diterapkan di luar kurikulum. Namun dalam kenyataannya, 51% remaja di Jabodetabek sudah tidak perawan, 2.000 remaja melakukan aborsi per tahun, dan 17.000 remaja di Jawa Tengah terinfeksi HIV. Data-data yang hanya sebagian ini telah menggambarkan perilaku seksual remaja di Indonesia. Sehingga, pendidikan seks menjadi masalah yang sangat penting di negara ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari jawaban secara empiris terhadap masalah ketidaksesuaian dalam implementasi pendidikan seks di Sekolah Menengah Atas Negeri di Indonesia, yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kecenderungan Implementasi Pendidikan Seks di Sekolah Menengah Atas Negeri di Indonesia 2. Bagaimana kecenderungan dimensi kognitif, afektif dan behavioral dalam Implementasi Pendidikan Seks di Sekolah Menengah Atas Negeri di Indonesia. 3. Dimensi dan indicator apa yang paling dominan dalam Implementasi Pendidikan Seks di Sekolah Menengah Atas Negeri di Indonesia. 4. Perbedaan latar belakang apa yang menentukan dalam Implementasi Pendidikan Seks di Sekolah Menengah Atas Negeri di Indonesia. Metode yang digunakan adalah Neuroresearch yaitu gabungan antara kualitatif dan kuantitatif, yang disebut penelitian ekploratori, ekplanatori dan konfirmatori. Penelitian ekploratori adalah studi eksegese dari kitab Kejadian 12:7- 12. Penelitian ini juga didasarkan atas paratisipasi masyarakat. Obyek penelitian/ populasinya adalah siswa Sekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri di Indonesia: 1. Implementasi Pendidikan Seks di Sekolah Menengah Atas Negeri di Indonesia cenderung sudah mengimplementasikan secara signifikan pada alpha < 0,05. 2. Dimensi yang dominan dalam Implementasi Pendidikan Seks di Sekolah Menengah Atas Negeri di Indonesia adalah dimensi Afektif, dan indjkator yang dominan adalah Indikator Meninggalkan Godaan, secara signifikan pada alpha < 0,05. 3. Implementasi Pendidikan Seks di Sekolah Menengah Atas Negeri di Indonesia akan meningkat secara signifikan bila para gubernur kepala daerah provinsi mendorong implementasi tersebut. 4. Dimensi kognitif, afektif, behavioral tidak saling berkaitan dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi tidak efektif. Melihat hasil temuan ini, maka perlu dibangun sebuah strategi pembelajaran yang melibatkan ketiga dimensi ini, yaitu kognitif, afektif dan behavioral. Sementara saat ini, proses belajar mengajar di kelas hanya melibatkan tujuan kognitif dan behavioral. Di samping itu, perlu ada dorongan dan keterlibatan dari para gubernur dalam mengimplementasikan pendidikan seks di Sekolah Menengah Atas Negeri di Indonesia. Diharapkan perubahan dalam proses pembelajaran ini dan dorongan dari para pemimpin daerah untuk Sekolah Menengah Atas Negeri di wilayahnya akan meningkatkan Implementasi Pendidikan Seks di Sekolah Menengah Atas Negeri, sehingga mendorong para remaja generasi muda bangsa ini untuk hidup dalam kemurnian dan meninggalkan godaan untuk melakukan hubungan seks pra nikah.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Contributors:
ContributionNameNIDN/NIDKEmail
Thesis advisorOentoro, Jimmy Boaz0325036003UNSPECIFIED
Thesis advisorSilalahi, Frans Hisar Mangatur2302027002UNSPECIFIED
Thesis advisorTindas, Arnold8842290019UNSPECIFIED
Thesis advisorRuntuwene, Daniel E.2320086801UNSPECIFIED
Thesis advisorGunawan, CiciliaUNSPECIFIEDUNSPECIFIED
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BF Psychology
B Philosophy. Psychology. Religion > BF Psychology

B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity

B Philosophy. Psychology. Religion > BS The Bible
B Philosophy. Psychology. Religion > BS The Bible

K Kepemimpinan
Pendidikan Agama Kristen
Divisions: Pascasarjana > S3
Depositing User: Shesy Satir
Date Deposited: 27 Jun 2023 09:19
Last Modified: 27 Jun 2023 09:19
URI: http://eprint.hits.ac.id/id/eprint/140

Actions (login required)

View Item View Item